Selasa, 22 Mei 2012

Proposal Lomba Industri (penjelasan singkat)

LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan industri untuk produk sepeda motor dewasa ini cukup pesat, dilihat dari jumlah pengguna sepeda motor yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan dilihat dari berbagai model dari merk-merk terkenal, meskipun demikian banyak pecinta kendaraan beroda dua ini atau yang lazim disebut bikers masih belum puas dengan model yang ada, oleh karena itu mereka membuat model-model yang sesuai dengan kreasi mereka sendiri.
Modifikasi sepeda motor sebagai ajang menyalurkan imajinasi dan kreatifitas penguna motor, hal ini dikarenakan ketidakpuasan yang berasal dari kebutuhan dan keinginan untuk mendapatkan suatu yang lebih, termasuk memiliki kendaraan sepeda motor yang lain dari pada yang lain.
Perkembangan modifikasi sepeda motor pada kurun waktu 3 tahun terakhir ini semakin pesat, dilihat dari banyaknya aksesoris serta sparepart yang beredar dipasaran untuk modifikasi sepeda motor, beberapa hal modifikasi yang dapat dilakukan pada sepeda motor seperti, modifikasi merubah kontruksi body motor, modifikasi mesin, serta menambahkan teknologi-teknologi pada sepeda motor.
Selain itu pesatnya perkembangan modifikasi sepeda motor  dapat dilihat dari semakin menjamurnya komunitas-komunitas sepeda motor, dimana komunitas ini sering melakukan touring ke berbagai tempat, seperti puncak dan pegunungan yang memiliki suhu dingin, dimana para pengendara sering mengalami kesulitan mendapatkan minuman hangat. Melihat hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “PEMANFAATAN ENERGI PANAS YANG DIHASILKAN KNALPOT KENDARAAN BERMOTOR UNTUK PEMANAS AIR.”

RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang permasalahan tersebut maka masalah yang dirumuskan adalah :
1.        Bagaimana memanfaatkan tenaga panas yang dihasilkan knalpot sepeda motor?
2.        Apakah hasil dari pemanfaatan energi panas yang dihasilkan knalpot sepeda motor ?

BATASAN MASALAH
            Atas dasar latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti dapat membatasi masalah mengenai tenaga panas yang dihasilkan knalpot sepeda motor untuk pemanas air.

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian Ilmiah ini bertujuan untuk :
1.        Mengetahui manfaat energi panas yang dihasilkan knalpot sepeda motor.
2.        Mengetahui hasil dari pemanfaatan energi panas yang dihasilkan knalpot sepeda motor.

MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.        Manfaat akademis, untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan kreatifitas diri.
2.        Manfaat bagi masyarakat menjadi solusi alternatif untuk para penggendara sepeda motor mendapatkan air hangat dengan mudah dimanapun dan kapanpun , khususnya bagi para komunitas-komunitas sepeda motor yang terbiasa touring dan berpergian jauh.

Cara Kerja Tungku Pemanas
Tungku ini dapat beropresi karna memanfaatkan energi panas (kalor) yang memiliki sifat suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu. Prinsip kerja tungku ini mengunakan prinsip konduksi (hantaran) dan konversi (aliran), dimana energi panas yang dihasilkan oleh kenalpot akan mengalir melalui batang tembaga, kenapa mengunakan batang tembaga karana tembaga memiliki titik lebur (leleh) sebesar 10800C.  Selanjutnya panas yang mengalir pada tembaga akan mengalir ke lilitan tembaga yang terletak pada tungku pemanas, lilitan ini berfungsi mengkonversikan energi panas kenalpot menjadi pemanas pada tungku, untuk memanaskan gelas stainless yang berisi air. Tungku ini dapat bekerja jika panel penghubung di hubungkan pada kenalpot, dalam kendaraan bermotor dihidupkan.
Air dalam gelas stainless tidak akan tumbah jika kendaraan bermotor melakukan perjalanan, karna memiliki penjepit pada gelas yang dihubungkan pada tungku pemanas.

Senin, 21 Mei 2012

Bagian-bagian Dari Chi-square

Tujuan dari Chi-Square
            Chi-square memiliki beberapa tujuan didalamnya. Ada 4 tujuan yang dapat dijadikan patokan dalam tujuan menggunakan chi-square, antara lain:
1.    Menguji kebebasan (independensi) antar faktor dari data dalam daftar      kontingensi atau uji kebebasan.
2.      Menguji kesesuaian antara data hasil pengamatan dengan model distribusi dari   mana data itu di peroleh.
3.      Menguji apakah frekuensi yang diamati (diobservasi) berbeda secara  signifikan dengan frekuensi teoritis atau frekuensi yang diharapkan.
4.      Menguji apakah data sampel mempunyai distribusi yang mendekati distribusi teoritis atau hipotesis atau populasi tertentu seperti distribusi binomial, poison, dan  normal.

Bagian dari Uji Chi-Square
            Chi-square memiliki beberapa bagian dalamnya. Ada 3 metode dengan beberapa variabel yang dapat dijadikan perhitungan, antara lain:
1.   Kebaikan suai atau kecocokan.
             2.   Kebebasan atau tabel kontigensi.
3.   Kehomogenan.
      Uji kebaikan sesuai yaitu dapat disebut juga sebagai uji kecocokan. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesisin yang terdapat pada kebaikan suai, kebebasan, dan kehomogenan memiliki langkah yang sama, dapat dilihat dibawah ini langkah yang digunakan dalam menentukan pengujian hipotesis:
1.     Menentukan formulasi hipotesis
Ho : fo sesuai dengan fe.
H1 : fo tidak sesuai dengan fe.
2.     Menentukan nilai kritis
Derajat bebas (df/db/v) dan nilai table.df =k-1
3.     Menentukan kriteria pengujian
Ho diterima apabila X2 hitung ≤ X2 α ; df.
Ho ditolak apabila X2 hitung > X2α ; df.
4.    Menentukan nilai uji statistik (X2 hitung)
Frekuensi harapan = (total observasi) / (banyaknya jenis observasi)
5.    Membuat kesimpulan menolak atau menerima Ho berdasarkan kriteriapengujiannya (Walpolle, 1992).

2.3.3        Fungsi dari Chi-Square
            Chi-square memiliki beberapa fungsi dalamnya. Ada beberapa fungsi, antara lain:
1.  Sebagai alat estimasi
Chi-square dapat mengadakan penilaian probabilitas perbedaan frekuensi dalam dalam populasi sebagai akibat dari kesalahan sampling. Nilai dari frekuensi dalam populasi itu dapat didasarkan atas informasi yang diperoleh dari sesuatu sumber, atau dapat juga didasarkan atas sesuatu hipotesa (Sutrisno, 2000).
2. Chi-square untuk menghitung perbedaan presentase
Chi-square untuk menghitung perbedaan presentase kecuali untuk menyelidiki     signifikansi perbedaan frekuensi yang biasa, chi-square juga dapat digunakan untuk menilai signifikansi perbedaan frekuensi yang sudah diubah dalam presentase. Chi-square biasa diggunakan untuk menghitung perbedaan presentase, ada dua catatan penting yang perlu diperhatikan (Sutrisno, 2000):
a. Terhadap petak yang kecil telah diadakan petak yang koreksi dan penyesuaian lebih dahulu, karena probabilitas signifikansi sesuatu kejadian lebih tergantung kepada frekuensi yang nyata dari pada frekuensi dalam presentase.
b. Nilai chi-square yang diperoleh dari perhitungan-perhitungan frekuensi dalam persen harus diubah dahulu dalam nilai chi-square dari perhitungan-perhitungan dengan frekuensi yang nyata, sebelum pengetesan frekuensi dilakukan. Pengubahan itu dilakukan dengan jalan mengalikan nilai chi-square dengan N/100.
3.  Chi-square untuk pengujian normalitas
Banyak teknik-teknik statistik yang berlandaskan pada distribusi normal. Jika     dari penyelidikan-penyelidikan yang terdahulu belum pernah dipastikan bahwa sesuatu gejala mengikuti ciri-ciri distribusi normal, mengetes apakah gejala yang dihadapi merupakan distribusi normal atau tidak merupakan keharusan yang mutlak. Banyak cara untuk mengetes normalitas suatu distribusi, misalnya dengan menyelidiki kejulingan dan kurtosisnya (Sutrisno, 2000).

2.3.3        Batas-batas Penggunaan Chi-Square
            Chi-square merupakan salah satu teknik statistik yang kerap kali digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan. Teknik ini mengandung dalam dirinya suatu batas-batas penggunaan tertentu (Sutrisno, 2000):
1.    Chi-square pada dasarnya hanya dapat digunakan untuk menganalisa data yang berwujud frekuensi. Frekuensi adalah bilangan sebagai hasil daripada penghitungan atau counting.
2.    Percobaan pada korelasi chi-square hanya dapat menunjukan apakah korelasi antara dua gejala atau lebih signifikan ataukah tidak. Dengan chi-square sama sekali tak dapat diungkapkan kenyataan tentang besar-kecilnya korelasi yang diselidiki.
3.     Pada dasarnya chi-square belum dapat menghasilkan kesimpulan yang memuaskan untuk menyelidiki tabel-tabel kontingensi dengan petak-petak kecil. Korelasi Yates pada umumnya hanya digunakan sekiranya jalan lain tertutup untuk bekerja dengan sampel-sampel yang lebih besar. Jika jumlah individu dan jumlah sampel cukup banyak, cara atau mengkombinasikan kategori-kategori yang mempunyai petak kecil memberikan hasil yang lebih memuaskan.
4.    Chi-square paling tepat untuk digunakan pada data yang diperoleh dari sampel-sampel dan kategori-kategori yang terpisah satu sama lain. Data semacam ini disebut data kategorik, data diskrit, atau data nominal.